Melihat dua sisi. Menarik garis, posisikan diri. Garisnya satu? Putus-putus atau tegas? Tapi tetap percuma bersikap netral
Apologia. But I may just’ve been trying to forgive my self. That self represented in its most violent form of faith
“Tulislah dengan ilmu, bantahlah
dengan santun, berkomentarlah dengan lembut” teman mensarikan nasehat Syaikh A Hasan http://lakm.us/OFf
Secara hukum terbuka peluang bisa selesai. Setelahnya kita tetap pulang ke rumah dengan standar ganda masing-masing, mungkin bawa luka
Jewelry to practice of faith? al-muhafadzah ala
al-qadim al-shalih wa al-akhdzu bi al-jadid al-
ashlah
“Untuk Tuhan, Bangsa, dan Almamater” di halaman persembahan #thesis. Sudah beda kampus. Entah kenapa satu baris itu jadinya
An optimistic view would be: you can take all burdens
Feeling light for too many burdens. You’re [maybe] setting a new level of indifference
Kalau tak suka kata “bohong”, setidaknya sukailah “melawan lupa”
Kalau empunya sudah orang lain, apa mau dia serta merta buat keputusan melirik. Minder salah, kasih ke orang susah