S
UKSES dengan hajatan pertamanya, Jazz Clinic & Practice Jam Session kembali digelar di Bogor untuk kedua kalinya (30/07/2004). Acara bertajuk jazz tergolong langka di kota hujan ini (jangan dibandingkan dengan kota-kota besar yang punya lembaga afiliasi budaya asing dan gedung-gedung pertunjukan yang representatif). Idang Rasyisdi (warga Bogor!) masih sangat merasa perlu untuk ikut andil lagi dalam tontonan yang jarang-jarang terjadi tersebut. Tidak sekedar hiburan dan apresiasi, para penampil juga hadir untuk memberikan coaching clinic (jadi, dua event langka sekaligus: jazz & klinik).

Jazz Clinic kali kedua ini membawakan tema jazz rock (setelah sebelumnya mainstream), sehingga bandstand terdiri dari Bintang Indriyanto (bass), Edi Syahroni (drums), dan Agam Hamzah (guitar). Dua yang pertama sudah menjadi partner trio Idang Rasyidi (piano) sejak 15 tahun yang lalu. Dengan hadirnya Agam Hamzah yang kini banyak bermain di wilayah kontemporer, tentu nuansa rock lebih terartikulasikan.

Sesi dibuka dengan nomer ‘The Saman Spot’ (dari grup Idang 8 tahun yang lalu, The Heaven Earth) yang terinspirasi oleh pendendang yang mengiringi tari saman dengan tonik Aceh-Arab. Lagu ini sengaja dipilih sebagai salah satu contoh improvisasi pada kord tunggal. Sepanjang lagu kord tersebut ditahan, anggota band bergantian berimprovisasi di atasnya dalam relasi modal maupun jauh keluar membuat konteks baru di atasnya. Disiplin untuk tidak membuat ekstensi yang mengubah kord tunggal tersebut juga dijaga ketat. Usai nomer tersebut, meluncur intro blues yang membuka lagu ‘Bad News for The World’ yang segera disambung dengan gaya soul. ‘Come With Me’ mengakhiri sesi pertama dengan aransemen yang jauh berbeda dari milik Tania Maria (sebagai bayangan Edi bermain lembut dengan stik brush).

Selama 1 jam 10 menit klinik berlangsung dalam empat tenda untuk masing-masing pemain. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan agaknya melebar ke mana-mana karena memang diadakan secara santai dan spontan. Dalam klinik, maupun sepanjang acara, Idang selalu menyelipkan nasehat-nasehat profesionalnya terutama soal pentingnya wawasan bermain blues. Ketika ditemui 4 tahun yang lalu di sebuah studio di Bogor, ia mengutip Miles D., “Don’t play a song.. play music! If you want to play music.. play blues!”. Hingga malam itu pun ia masih menantang siapa saja yang berani untuk naik ke panggung dan bermain blues. Tantangan ini juga dimaksudkan agar musisi yang mengaku belajar jazz tidak cepat sombong dan tetap ngulik blues.

Klinik tidak berhenti sampai di situ, pada sesi berikutnya dua orang penonton dilibatkan untuk practice jam session. Setelah diberikan sedikit instruksi, penonton pertama yang maju memainkan bass pada kord tunggal, disambung dengan penonton yang maju memainkan drums; quartet Idang tetap mendampingi peserta klinik tersebut. Menurut Idang improvisasi pada kord tunggal relatif lebih sulit.

Malam itu harus berakhir dengan encore soul. Setelah terlihat berunding, solo bass ‘Rayuan Pulau Kelapa’ dimainkan Bintang, tiba-tiba (tanpa dapat ditebak) ia memainkan line bass ‘The Chicken/Soul Intro’ yang segera dimainkan penuh oleh band, komposisi Jaco Pastorius ini pun diakhiri dengan solo intro tadi. Bintang memakai 4 strings fretless bass-nya (kecuali hanya di satu lagu) memperdengarkan signature sound-nya yang sering kita dengar belakangan saat menjadi session player di TV. Ia jujur mengakui mengidolakan mendiang Jaco. Akhirnya, acara gratis yang diorganisir SCC Sastra Univ. Pakuan (dengan sponsor A Mild) ini cukup sukses meraih perhatian penikmat musik Bogor.

This page is powered by Blogger    Powered by VLSI