M
ALAM itu, seperti halnya yang dikenal orang, kita dapat melihat seorang gitaris senior, menyandang gitar hollow body bercorak terbakar-matahari yang ditopang tinggi-tinggi dengan strap beremblem merah-putih. Dengan sedikit tertunduk, pandangannya lekat ke leher gitar, mengikuti gerak jemarinya di atas papan fret; sesekali ia memperhatikan rekan-rekan sepanggungnya. Oele Pattiselanno juga kerap tampil dalam setelan rapih, berompi dan berkacamata. Sebagian dari yang tampak di mata tersebut akan mengingatkan kita pada ciri-ciri session player jazz tradisional. Kita akan diingatkan dengan gaya-gaya permainan tunggal gitaris jazz yang memainkan chord-melodies memakai warna tonal yang berat & tebal. Nama-nama seperti Jim Hall & Kenny Burrel dapat disebutkan di sini, selain memutarkan piringan hitam gitaris-gitaris tersebut, ayah Oele juga gemar memutarkan rekaman Stan Kenton, Art Tatum, dan Oscar Peterson.

Sudah sejak lama Oele setia tampil dengan gitar semi akustiknya dan menyandang gelar "the swing man". Selain kemampuan interpretasi solonya, karakter khas yang membuat Oele selalu dilibatkan musisi lainnya adalah gaya comping-nya (coba saja dengarkan perluasan harmoninya yang nyambung-tanpa putus). Penguasaannya terhadap "seni mendukung solois secara harmoni, ritmik, dan melodis lewat improvisasi kord" tersebut membuatnya lain dari yang lain. Ketika berada di belakang permainan pemain lain, Oele tetap memberikan sentuhan intuisi yang diperoleh lewat pengalaman intelektualnya yang malam itu telah genap 38 tahun. Selama karir bermusiknya itu, ia pernah tinggal di Surabaya, hijrah ke Bandung, dan Jakarta.

Konser gitaris tunggal terbilang jarang di Indonesia, apalagi dengan konsep & skala pertunjukkan seperti ini. Kebanyakan merupakan proyek-proyek bertema "pendekar gitar", misalnya (yang juga melibatkan Oele) dengan Tohpati, Donny S., dan Iwan Hasan di Bandung (05/05/00), ataupun Tri Sum di JJF 2005 kemarin. Mulanya, malam itu (13/05/05) direncanakan sebagai momen peluncuran album solo Oele Pattiselanno yang didukung oleh kuartet Peter Ypma yang terdiri atas musisi-musisi Belanda. Namun, hingga menjelang konser solonya album standar ini nampaknya belum bisa dirilis karena urusan hak ciptanya masih belum selesai. Kuartet ini pun tidak jadi dihadirkan.

Sebelum dibuka announcer, para musisi pendukung yang berseragam hitam-hitam berkumpul di belakang panggung Graha Bakti TIM; Oele yang sendirian memakai setelan putih-putih memimpin doa bersama & menyempatkan berjanji untuk membalas membantu mereka di masa datang. Tampil terlebih dahulu adalah pengiring dari generasi murid (boleh dibilang begitu) yang aktif di Bandung: Imam Pras Quartet. Permainan rombongan ini dibuka dengan solo Ari Aru (drums) yang segera disusul rekan-rekannya: Imam Pras (ac. piano), Boyke (tenor sax.), dan Rudi Aru (ac. bass). Segera meluncur lagu bertempo cepat "Fit & Proper Test" yang kemudian disusul "I Miss You Son" yang kalem dan lebih melodik (juga merupakan karya orisinal kuartet ini).

Setiap jeda pemain naik ke panggung diisi dengan biografi/diskografi singkat musisi tersebut. Oele naik pentas menyusul kuartet pengiringnya dan membuka dengan "I Love You" (Cole Porter). Melaju terus dengan nomer swing berikutnya "Stella by Starlight" naik lagi ke panggung Arief Setiadi (tenor sax.) dengan Boyke berpindah ke soprano sax. Berturut-turut dimainkan pula variasi nomer lainnya yang menurut Oele merupakan materi album terakhirnya; "My One and Only Love", "Yesterday". "Groovin High" yang diberi intro afro-cuban pun dilarikan ke swing di tengah-tengahnya.

Oele yang aktif juga sebagai pengajar juga memberikan kesempatan bagi tiga orang murid gitarnya untuk berbagi panggung: Satrio Wibowo, Rio Harlan, & Karty Rosen. Nomer "St. Thomas" (Sonny Rollins) diaransemen agar ada jeda solo bergantian bagi semua yang ada di atas panggung, semacam ruang kosong antara kepala dengan reff lagu ini, dan seperti gurunya gaya mereka pun setia dengan bebop. Syaharani (yang juga murid dalam bermusik) naik ke pentas menyanyikan "Fragile" (Sting) setelah sebelumnya dibuka dengan solo-intro permainan Oele dengan gitar klasik. Sekilas jika kita tidak melihat daftar lagu, intro yang dimainkan adalah "How Insensitive" (Jobim). Ia (masih dengan Rudi & Ari Aru) juga menginterpreasikan nomer klasik "Back Two Part Invention no. 13" dengan lawan main seorang pengajar piano klasik di Farabi: Ni Luh Ayustha.

Masih masuk dalam daftar muridnya adalah Otti Jamalus (piano, vokal) yang mengakui "... you (Oele red.) taught my heart to sing...". Dengan "My Romance", kali ini pengiringnya adalah Jacky Pattiselanno (drums) dan Yance Manusama (el. upright bass). Otti juga menceritakan pengalamannya bersama Oele main di Jamz sejak 1993 sampai 2003 yang menurutnya juga mencomblangi pernikahannya dengan Yance.

Untuk eksistensi berkarya, Oele sebelumnya pernah meluncurkan album gospel "Worship Through Accoustic Guitar" dan album duet "Talks" bersama Riza Arshad. Malam itu penonton berkesempatan mendengar dua nomer live dari album "Talks", yaitu "... And The Day Begins" dan "Wednesday" (O. Pattiselanno). Riza memainkan akordeon (jenis piano-akordeon) yang dominan mewarnai album tersebut. Mereka tampil bertiga bersama Yance yang juga mengisi beberapa track di album tersebut. Dua gaya bisa kita nikmati; Oele yang sering dianggap mewakili jazz tradisional, dan Riza yang pada album itu Oele sendiri berpendapat bahwa permainan Riza Arshad mengandung sentuhan moderen.

Penampilan terakhir pada konser yang nyaris tiga jam berlangsung adalah duet Indra Lesmana (ac. piano) dengan Oele Pattiselanno. Komposisi waltz "Someday My Prince Will Come" (Frank Churchill) dipilih untuk ditampilkan dengan suasana ballada yang sentimental. Penutupnya adalah jam session dalam blues, yang disusul naiknya hampir semua penampil ke atas pentas. Indra berbagi tempat dengan Imam Pras plus kuartetnya, ada Arief Setiadi, dan pada "St. Louis Blues" ini penonton juga dapat menyaksikan live permainan blues Riza di atas akordeon.

appears in: http://www.wartajazz.com/news/news220505.html with title by Agus


This page is powered by Blogger    Powered by VLSI